Langsung ke konten utama

Ngeri! Perubahan Iklim Semakin Nyata, Pemerintah Dunia Harus Mempercepat Upaya Dekarbonisasi

Schneider Electric serukan percepatan dekarbonisasi

Studi riset terbaru Schneider Electric bertajuk The 2030 Imperative: A Race Against Time menunjukkan, dunia harus mengurangi emisi karbon sebesar 30-50 persen pada dekade ini untuk membatasi kenaikan suhu ke ambang batas 1,5 derajat Celcius seperti yang telah ditetapkan oleh Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC)

Dampak perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini memang semakin nyata. Gumpalan es di kutub terus mencair akibat suhu bumi yang kian memanas. Alhasil, hal ini menimbulkan efek domino dengan menyebabkan semakin meningginya batasan air laut di sejumlah wilayah bumi. Banjir bandang dan bencana alam lainnya pun tak terhindarkan.
Bila upaya dekarbonisasi tidak dilakukan segera, hal lebih buruk mungkin bisa terjadi.

Chairman and CEO Schneider Electric Jean-Pascal Tricoire mengatakan, dunia harus mempercepat dekarbonisasi dan mengurangi separuh emisi karbon dioksida pada 2030.

“Untuk mewujudkannya, kami menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan dan perusahaan di seluruh dunia untuk melakukan upaya dekarbonisasi 3-5 kali lebih besar dari sebelumnya,” kata Tricoire dalam acara Innovation Summit World Tour 2021.

Menurutnya, perusahaan yang bergerak di industri berat dinilai memiliki peran penting dalam hal dekarbonisasi. Perusahaan bisa menerapkan teknologi digital dan meningkatkan elektrifikasi sebagai cara tercepat untuk mendekarbonisasi bangunan, transportasi, dan operasional industri di lingkungan kerja.

Baca juga: Sambut Industri 4.0, System Integrator Harus Punya Sertifikasi Industrial Edge Computing

Schneider Electric, lanjut Tricoire, saat ini sudah menjadi bagian dari solusi untuk membantu banyak perusahaan mempercepat upaya dekarbonisasi.

“Sesuatu yang dibutuhkan perusahaan saat ini adalah mitra terpercaya yang dapat menggabungkan perencanaan strategis dan penetapan target dengan rekam jejak implementasi solusi yang terbukti memberikan hasil berkelanjutan,” katanya.

Tricoire pun menjabarkan beberapa inovasi yang telah dihadirkan oleh Schneider Electric dalam rangka percepatan dekarbonisasi. Berikut ulasannya.

1. Data center

Schneider Electric baru saja meluncurkan APC Smart Uninterruptable Power Supply (UPS) Ultra 5kW. UPS ini dirancang untuk memberikan lebih banyak daya, fleksibilitas, dan pemantauan cerdas dengan ukuran terkecil.

Dengan pemanfaatan alat tersebut, sejumlah pengguna jasa data center Schneider Electric pun telah mengurangi jejak karbon mereka sebesar 37 persen.

2. Smart home

Schneider Electric juga telah meluncurkan serangkaian solusi smart sustainable home yang membantu mengurangi pemborosan energi di dalam rumah. Untuk diketahui, rumah tangga diproyeksikan menjadi konsumen listrik terbesar dan penyumbang emisi karbon terbesar sebesar 34 persen pada 2050.

3. Jaringan listrik digital

Jaringan listrik digital menjadi inovasi terdepan untuk dekarbonisasi di lingkungan perusahaan. Schneider Electric pun meluncurkan rangkaian teknologi SF6 untuk mewujudkan net-zero emission.

Adapun teknologi tersebut turut diperkuat oleh RM AirSeT Ring Main Unit, Switchgear Modular, dan MCSeT Active Medium Voltage Air Insulated Distribution Switchboard.

4. Sistem distribusi listrik cerdas

Schneider Electric meluncurkan berbagai produk tegangan rendah berupa TeSys Giga, Canalis Busbar, PrismaSeT Active, New Gen ComPacT, TransferPacT, dan produk digital EcoStruxure Power yang disinyalir lebih aman dan memenuhi asas keberlanjutan.

Dengan upaya yang telah dilakukan tersebut, Schneider Electric percaya bahwa semua pihak bisa mempercepat target dekarbonisasi demi bumi tercinta.

Sebagai informasi, Schneider Electric merupakan salah satu pionir perusahaan yang fokus dalam hal efisiensi energi, pengelolaan energi, pengadaan energi terbarukan, pelaporan karbon, penilaian risiko iklim, dan dekarbonisasi rantai pasokan.

Baca juga: Schneider Electric dan Meratus Jalin Kerja Sama Strategis

Perusahaan asal Prancis itu juga menyediakan perangkat lunak dan layanan konsultasi kepada lebih dari 30 persen anggota perusahaan Fortune 500, seperti Johnson & Johnson, Walmart, Faurecia, Kellogg, Takeda, Velux Group, Unilever, dan T-Mobile.

Sebagai bagian dari ambisinya untuk mendorong inovasi berkelanjutan dan membangun roadmap net-zero emission, Schneider Electric juga turut membantu perusahaan di banyak sektor untuk berinovasi dan beralih ke sistem terbuka yang dapat dioperasikan secara digital.

Baca juga: Schneider Electric Dukung PLN Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pendistribusian Listrik ke Seluruh Indonesia

“Konvergensi antara digital dan listrik dalam skala besar dengan perangkat lunak menjadi salah satu solusi. Listrik membuat energi menjadi hijau dan vektor terbaik untuk dekarbonisasi. Digital membuat energi menjadi cerdas untuk mendorong efisiensi dan menekan pemborosan. Konvergensi ini menghasilkan ‘Electricity 4.0',” ujar Tricoire.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da