Langsung ke konten utama

Industri Otomotif Harus Tahu Peluang dan Tantangan di Era e-Mobility

Peluang dan tantangan industri otomotif pada era e-Mobility

Hi moms!

Schneider Electric berbagi pandangan terkait peluang dan tantangan industri otomotif masa depan yang akan bergerak dari produsen mobil menjadi penyedia layanan e-Mobility.

Perusahaan asal Prancis tersebut juga menjelaskan bagaimana infrastruktur teknologi informasi (TI) berbasis edge data center akan menjadi kebutuhan krusial bagi kendaraan pintar untuk mengakomodasi konektivitas dan pengelolaan data yang andal tanpa latensi.

Sebagai informasi, data McKinsey & Company memperkirakan hampir 100 juta barisan kode perangkat lunak dibutuhkan untuk mengontrol dan mengoperasikan subsistem yang membentuk mobil modern.

Baca juga: Sustainability adalah Keharusan bagi Perusahaan di Abad ke-21

Pada 2030, perangkat lunak itu akan mewakili hingga 30 persen dari komponen nilai kendaraan. Hal ini juga berarti mobil akan menjadi data center di atas roda. Seperti halnya data center, komunikasi dan konektivitas adalah kunci untuk memastikan pengoperasian mobil harus dapat diandalkan.

Dalam transisi industri otomotif dari peran konvensional sebagai produsen mobil menjadi penyedia layanan mobilitas (e-Mobility), hal ini akan mendorong pendekatan lain terhadap model bisnis dan sistem TI yang mendukungnya. Faktanya, tren teknologi seperti konektivitas yang canggih dan big data menciptakan peluang dan risiko baru:

Peluang e-Mobility

1. Monetisasi data

Kemampuan dalam mengumpulkan dan menganalisis data akan menjadi keunggulan kompetitif yang sangat penting. Industri otomotif yang memiliki data terkait kebiasaan dan karakteristik pelanggan, serta bisa memprosesnya secara real time, akan dapat mengembangkan produk yang jauh lebih sesuai dengan kebutuhan konsumennya

Pada akhirnya, ini juga akan menciptakan pengalaman yang lebih berkualitas bagi konsumen.

2. Layanan berbasis software 

Pengalaman berkendara pada masa depan akan semakin didominasi layanan berbasis software yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam berkendara. Layanan berbagi perjalanan peer-to-peer, perencanaan rute yang mudah, dan layanan pembayaran yang disederhanakan akan menjadi potensi sumber pendapatan baru yang menguntungkan bagi industri otomotif.

Risiko e-Mobility

1. Keamanan siber

Sebagian besar kendaraan roda empat saat ini telah memiliki komputer kecil yang mengontrol mobil, untuk manajemen mesin dan multimedia. Namun, komputer ini belum mempunyai sistem terbuka. 

Untuk saat ini, masih sulit bagi peretas untuk terhubung ke sistem di dalam mobil. Namun, di masa depan, mobil akan semakin terhubung, baik dengan penyedia layanan maupun dengan mobil lain. Semakin banyaknya komunikasi dan interface yang terjadi ini akan berisiko terhadap ancaman keamanan siber.

2. Latensi

Teknologi kendaraan self-driving akan membutuhkan kemampuan untuk memulai dan berhenti dengan sangat cepat demi memastikan keselamatan penumpang.

Permintaan berbasis data seperti itu membutuhkan latensi sistem yang rendah dan proses manajemen data yang cepat. Infrastruktur TI berbasis edge data center merupakan solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab, daya komputasi akan bergerak lebih dekat ke mobil. 

Oleh karena itu, industri mobil harus bermitra dengan penyedia layanan TI untuk membangun jaringan umum yang dapat mendukung kendaraan listrik, hibrida, dan otonom yang terkoneksi.

Baca juga: Membangun Ekosistem Industri untuk Wujudkan Generasi #GreenHeroes For Life

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Achmad Haikal mengatakan, edge computing dapat menjadi solusi bagi pelaku industri otomotif untuk menjawab tantangan latensi, bandwith, otonomi, dan keamanan.

“Semua itu bisa menjadi penghalang untuk mencapai potensi data sepenuhnya. Dengan memberdayakan industrial edge, pelaku industri otomotif dapat memanfaatkan data mereka secara real-time dan memberikan keunggulan kompetitif yang sangat dibutuhkan masa kini.” kata Yana.

Perubahan masif di sektor otomotif, seperti e-mobility dan self-driving juga menuntut kebutuhan akan solusi infrastruktur TI yang terintegrasi secara keseluruhan.

Baca juga: Schneider Electric Dukung Kolaborasi Industri Wujudkan Sustainability

Infrastruktur itu mencakup aset yang dapat dengan mudah dikembangkan (scalable) dengan kemampuan komputasi dan solusi edge yang menyediakan pemrosesan data tanpa latensi, serta software analitik berbasis cloud untuk memaksimalkan profitabilitas. 

Peluang dan tantangan industri otomotif pada era e-Mobility

Teknologi digital dan automasi juga akan meningkatkan visibilitas untuk membangun jaringan serta memberikan layanan pemeliharaan prediktif dari jarak jauh yang mendorong performa dan meningkatkan keselamatan.

Schneider Electric memiliki solusi yang dapat mendukung pemangku kepentingan industri otomotif menyesuaikan diri dengan model bisnis e-Mobility. Infrastruktur TI yang terstandardisasi dan terukur dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan data dan keputusan bisnis berbasis data,” kata Yana.

Baca juga: Pabrik Pintar Schneider Electric Jadi Pabrik Pertama yang Pakai Jaringan 5G

Dibutuhkan perangkat berbasis cloud yang aman dalam menyediakan pemantauan jarak jauh untuk mengelola perangkat komputasi dan penyimpanan yang menampung dan memproses data yang diproduksi secara lokal di edge, di mana keahlian teknis di tempat tidak tersedia. 

Perangkat lunak, seperti EcoStruxure IT Expert memungkinkan pengelolaan perangkat TI dari jarak jauh dan EcoStruxure IT Advisor memungkinkan pengelolaan siklus hidup pusat data yang lebih mudah (termasuk perencanaan dan manajemen perubahan).

Kedua solusi tersebut menawarkan dukungan berbasis cloud yang diperlukan industri otomotif agar semakin kompetitif di era e-Mobility.

“Solusi EcoStruxure IT Expert dan EcoStruxure IT Advisor Arsitektur infrastruktur TI yang terukur dan modular memastikan fleksibilitas dan penghematan biaya dalam bersiap menghadapi pertumbuhan masa depan yang tidak dapat diprediksi,” ujar Yana.

Baca juga: Schneider Electric Beri Bantuan kepada 6 Rumah Sakit Pemerintah Indonesia

Dengan mempertimbangkan peluang dan risiko yang bisa terjadi dalam transisi ke jaringan kendaraan yang lebih terkoneksi, melalui penawaran seperti pusat data mikro, pusat data pabrikan, sistem pemantauan jaringan TI yang canggih, sistem otomatisasi dan kontrol, dan perangkat lunak analisis data, ada arsitektur komunikasi seluler yang akan membantu produsen mobil untuk beradaptasi dengan lebih baik.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana arsitektur e-Mobility mendukung modernisasi dan perluasan industri otomotif, kunjungi Solusi Otomotif dan e-Mobility Schneider Electric

Lihat juga bagaimana Schneider Electric membantu akselerasi industri untuk meraih manajemen energi dan automasi untuk mendukung keberlanjutan pada laman ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da