Hi moms!
Hasil laporan terbaru International Data Corporation (IDC) bertajuk “Succeeding at Digital First Connected Operations” menunjukkan bahwa 50 persen perusahaan responden berinvestasi dalam edge computing untuk meningkatkan keamanan siber korporat.
Sementara
itu, 44 persen lainnya menggunakan edge computing untuk meningkatkan ketangguhan dan keandalan
sistem perusahaan.
Namun, ada berbagai tantangan yang harus diatasi perusahaan untuk memastikan infrastruktur edge mereka dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya adalah terkait keterampilan.
Baca juga: Pengembangan Metaverse Butuh Peran Edge Computing
Tenaga kerja perlu memiliki keterampilan yang tepat untuk menjalankan seluruh pengaturan teknologi. Dengan begitu, keselarasan secara internal untuk mendorong perubahan dapat terbangun secara baik.
Untuk mengatasi tantangan itu, perusahaan perlu melibatkan mitra ekosistem baru di dalam dan luar organisasi.
Mitra layanan yang tepercaya sering kali dapat memprediksikan masalah sebelum masalah pada sistem terjadi. Sebaiknya, perusahaan perlu mencari mitra yang memiliki komitmen dalam upaya keberlanjutan.
Sebagai pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric bisa menjadi mitra tepercaya perusahaan dalam mengembangkan teknologi edge mereka.
Baca juga: 3 Strategi Digitalisasi bagi Perusahaan F&B
Sebagai mitra dan penyedia solusi menyeluruh, Schneider Electric bekerja sama dengan para pelanggan dalam merancang strategi menyeluruh dalam proses perancangan, penerapan dan pengelolaan edge.
Adapun salah satu solusi yang ditawarkan Schneider Electric adalah platform pemantauan dan manajemen berbasis cloud EcoStruxure IT yang menyediakan pemantauan jarak jauh. Platform ini dapat meningkatkan keamanan, wawasan berbasis data dan rekomendasi, kemampuan pelaporan, serta kemampuan layanan digital yang andal.
Selain itu, Schneider Electric juga menyiapkan ekosistem terintegrasi yang terdiri dari aliansi teknologi teknologi informasi, jaringan global channel partner yang berpengalaman, dan service engineer serta peralatan desain berbasis aturan (rules-based design tools).
Baca juga: Bagaimana Caranya Menuju Dunia dengan Emisi Nol-Bersih?
Adapun sejumlah masalah lain yang menghantui perusahaan dalam penerapan edge computing adalah sebagai berikut.
1. Konektivitas
Sekitar 32 persen responden mengatakan bahwa
mereka mengalami kurangnya konektivitas atau konektivitas yang lambat terhadap penerapan edge.
Kemudian,
sebanyak 31 persen pernah mengalami pemadaman
listrik atau lonjakan listrik yang berlangsung selama lebih dari 60 detik.
2. Keamanan
Perusahaan wajib memiliki perhatian yang besar terhadap keamanan secara fisik dan siber (cybersecurity) dalam operasional yang terhubung. Hal ini membutuhkan sistem dan proses yang dirancang secara khusus untuk paradigma digitalisasi.
Ketika faktor keamanan bisa
diatasi dan operasional perusahaan sepenuhnya terhubung ke jaringan cloud, kekuatan data operasional dapat
dimanfaatkan lebih maksimal.
Selain itu, perusahaan harus
meningkatkan sumber
daya listrik dan jaringan yang tangguh, aman, serta
berkelanjutan. Dengan menyertakan sumber daya listrik dan jaringan yang tangguh sejak awal
fase perencanaan edge, perusahaan dapat mengurangi risiko downtime.
3. Keandalan
Dengan lebih banyaknya kemampuan operasional lokal didukung secara jarak jauh melalui edge yang
terhubung, keandalan menjadi salah satu perhatian utama.
Untuk mengatasinya, perusahaan
perlu meningkatkan kemampuan pemantauan jarak jauh dan manajemen sumber daya edge dalam
skala besar.
Sumber daya edge yang
tangguh merupakan dasar untuk beralih ke operasional yang saling terhubung secara digital.
Perusahaan akan menjadi rentan apabila teknologi mereka gagal. Untuk melakukan future-proofing atas penerapan ini, para pemimpin perlu mengembangkan strategi yang dapat mengatasi masalah seperti keamanan siber dan jaringan.
Komentar
Posting Komentar