Hi moms!
Jika industri dan negara tidak fokus membenahi masalah kelistrikan, bisa jadi dunia akan mengalami kekurangan energi dan menimbulkan kerusakan lingkungan berupa perubahan iklim.
Apalagi, dunia akan menghasilkan listrik hingga 78.700 TWh pada 30 tahun ke depan. Angka ini meningkat tiga kali lipat dari tahun 2018.
Oleh sebab itu, perlu adanya fokus untuk mencapai target net-zero emission pada
jaringan kelistrikan. Namun, pencapaian target net-zero emission melalui
pemanfaatan sumber energi terbarukan perlu juga dibarengi dengan pembaruan
infrastruktur jaringan kelistrikan terdesentralisasi untuk mengakomodasi
kebutuhan energi masa depan.
Baca juga: Schneider Electric Serahkan Solar Inverter ke Universitas Sriwijaya
Jaringan
mikro AC/DC hibrida canggih, teknologi baru, dan solusi pembiayaan inovatif bisa menjadi faktor penting dalam memecahkan tantangan tersebut dan mengatasi perubahan iklim.
Tujuannya adalah menghadirkan energi yang bersih, andal, dan berkelanjutan.
Cluster President Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, dunia saat ini telah mencapai kemajuan dari sisi pasokan listrik dengan adanya pembangkit energi terbarukan terdesentralisasi. Pembangkit ini pun bisa menghasilkan kapasitas daya ramah
lingkungan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah.
“Kita telah mencapai kemajuan yang luar
biasa dalam sektor energi ramah lingkungan sejak dua dekade terakhir. Harga listrik terbarukan pun
turun secara
eksponensial,” kata Roberto.
Secara global, biaya solusi SolarPhotovoltaic (OV) turun 82
persen antara tahun 2010 dan 2019. Sementara, harga listrik dari tenaga surya turun 89 persen dari 359
dollar AS per MWh menjadi 40 dollar AS per MWh pada periode yang sama.
Baca juga: Pengembangan Metaverse Butuh Peran Edge Computing
Sayangnya, jaringan listrik warisan masa lalu tidak didesain untuk mendukung
pembangkit listrik terbarukan. Kita mulai melihat bahwa jaringan listrik berderit di bawah tekanan pasokan dan beban yang
berfluktuasi karena kondisi cuaca yang tidak normal.
Sementara itu, permintaan listrik akan terus meningkat karena adanya digitalisasi dan terjadi pergerakan secara masal dari penggunaan kendaraan
dengan mesin
pembakaran internal ke kendaraan listrik.
“Jaringan listrik cerdas (smart grid) yang terdesentralisasi, harus diperkuat oleh pembangkit listrik terbarukan yang terdesentralisasi pula. Kombinasi ini akan membawa kita menuju dunia dengan emisi nol-bersih,” kata Roberto.
Selain itu, smart grid sangat penting untuk
memastikan ketersediaan pasokan energi yang efisien, tangguh, dan andal untuk masa depan. Terlebih lagi, smart grid memungkinkan
kita untuk memprediksi, mendeteksi, dan mencegah pemadaman listrik sebelum terjadi.
Baca juga: Schneider Go Green 2022, Tim SmartFOCS dari ITB Menjadi Pemenang
Hal itu dapat dilakukan berkat teknologi Advanced
Distributed Management Solutions (ADMS) dari
Schneider Electric dan integrasi platform IT-OT yang secara proaktif
mengidentifikasi gangguan pemadaman listrik.
Kedua teknologi itu akan menunjukkan lokasi gangguan jaringan dan memiliki kemampuan memperbaiki sendiri menggunakan switching otomatis.
“Untuk mewujudkan masa depan net-zero lebih
cepat, kemitraan di bidang energi harus diwujudkan untuk menciptakan inovasi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem kelistrikan yang terdesentralisasi merupakan kunci masa depan yang dapat mendukung upaya pemerintah dunia dalam transisi menuju carbon neutral pada
2060.” jelas Roberto.
Komentar
Posting Komentar