Langsung ke konten utama

Konsep Hunian Smart Living Jadi Tren, Schneider Electric Hadirkan Schneider Living Space

Schneider Living Space dari Schneider Electric

Hi moms!

Perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, menghadirkan Schneider Living Space di Kembangan, Jakarta Barat.

Schneider Living Space merupakan sebuah experience center yang memberikan pengalaman nyata bagi masyarakat yang ingin memiliki konsep hunian smart dan sustainable.

Pemanfaatan teknologi digital di sektor properti, mulai dari gedung komersial, apartemen, hingga perumahan terus meningkat. Tidak sedikit pula pengembang properti yang menawarkan konsep smart living sebagai nilai jual. 

Akses dan kualitas jaringan internet yang semakin baik, ketersediaan produk rumah tangga yang sudah dilengkapi dengan internet of things (IoT), dan konsumen yang terampil dalam penggunaan tekonologi menjadi pendorong meningkatnya minat konsumen terhadap konsep hunian pintar.

Baca juga: Bagaimana AI Mendukung Keberlanjutan dalam Industri?

Menurut studi Statista, pendapatan pasar smart home di Indonesia diprediksi dapat mencapai hingga 695,5 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada 2025. 

Potensi pasar yang besar tersebut perlu dibarengi dengan mempersiapkan para arsitek dan kontraktor pengetahuan dan keahlian terkait arsitektur smart home.

Hal terpenting yang perlu dicatat untuk mewujudkan konsep hunian pintar adalah dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya serta berdampak positif terhadap lingkungan.

Perlu diketahui juga bahwa 34 persen emisi karbon dunia dihasilkan dari sektor residensial. Dengan teknologi digital, kita dapat membuat rumah menjadi lebih cerdas, efisien, dan mandiri. Schneider Electric menyebutnya dengan istilah sustainable smart home of the future.

Baca juga: Dukung Transformasi Digital, Perusahaan Bisa Manfaatkan Data Center Modular

Kehadiran Schneider Living Space pun diharapkan dapat menjadi pusat percontohan dan edukasi bagi pelaku industri properti serta konsumen akhir terkait konsep smart and sustainable living.

Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat melihat konsep smart living masa depan yang terintegrasi dengan electric vehicle (EV) charging yang akan menjadi kebutuhan di masa mendatang seiring semakin berkembangnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Schneider Living Space terdiri dari area safety and sustainable solution, area smart living solution, dan area connected room solution. Pengunjung dapat mencoba secara langsung solusi smart living dari Schneider Electric di ketiga area ini.

Baca juga: Ini Kelebihan dan Kelemahan Sistem Automasi di Bidang Industri

Untuk memudahkan pengununjung yang datang, konsultan dari mitra Schneider Electric, yakni Trinity Solusi Powerindo akan memberikan konsultasi terkait perencanaan dan instalasi sistem smart living yang tepat dan efisien.

Selain sebagai experience center, Schneider Living Space juga dilengkapi dengan fasilitas coworking space yang dapat menjadi tempat berkumpul para arsitek dan pelaku properti untuk saling berbagi serta bertukar ilmu terkait tren terbaru di sektor properti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da