Hai moms!
Sudah tahu belum tentang era edge computing?
Dalam mewujudkan transformasi digital yang tangguh dan
andal, edge computing dapat dijadikan
sebuah solusi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, lho.
Nah, edge computing merupakan
komputasi tepi yang memiliki paradigma komputasi terdistribusi. Artinya, edge computing bisa membawa penyimpanan
data lebih dekat ke lokasi yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan respons dan menghemat bandwitch.
Berbeda dengan cloud
computing yang memiliki penyimpanan terpusat. Pada cloud computing, semua data berada pada satu tempat. Kelemahan bila
perusahaan hanya mengandalkan cloud
computing adalah respons saat memproses suatu data bisa jadi lebih lambat
karena padatnya konektivitas.
Baca juga: Fungsi Teknologi Edge Computing dalam Mengurangi Biaya Operasional Perusahaan
Business Vice President Secure Power Division Schneider Electric Indonesia Yana Achmad Haikal menjelaskan, meskipun dinilai menjadi
solusi bagi perusahaan melakukan transformasi digital, edge computing nyatanya menghadirkan tantangan baru.
“Tantangan ini salah satunya berupa terbatasnya staf
teknologi informasi (TI) dengan kemampuan mumpuni untuk mengelola beberapa data center di berbagai tempat yang
berjauhan,” kata Yana dalam acara Virtual Group Media Interview Schneider
Electric, Kamis (28/1/2021).
Oleh sebab itu, dalam membangun edge computing yang andal dan berkelanjutan, perusahaan wajib
mempertimbangkan empat faktor berikut.
1. Peningkatan efisiensi
Perusahaan bisa menerapkan teknologi artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk melakukan analisis prefiktif terhadap kemungkinan memprediksi gangguan yang tidak direncanakan.
2. Pengawasan dan
pengelolaan
Perusahaan wajib memiliki sistem yang tepat untuk bereaksi secara efisien saat terjadi masalah, seperti platform manajemen edge masa depan berbasis cloud. Sistem ini akan memberikan insight bagi perusahaan untuk mengelola operasional dari jarak jauh dan memungkinkan analisis data dengan kemampuan prediktif untuk kinerja yang lebih baik.
3. Standardisasi dan
integrasi
Salah satu tantangan dalam pengelolaan edge data center adalah terbatasnya staf TI. Untuk mengatasi hal
ini, perusahaan bisa melakukan standardisasi dan integrasi desain serta
peralatan digital yang dimiliki.
Standardisasi menyederhanakan penerapan dan pemeliharaan
yang memberikan keuntungan bagi perusahaan, utamanya staf TI. Sementara sistem
yang terintegrasi memberikan manfaat terhadap penerapan dan pengelolaan edge data center secara umum.
4. Pemeliharaan
Untuk penerapan edge
data center dalam skala besar, sangat penting bagi perusahaan melakukan
prakonfigurasi lokasi dengan micro data
center. Micro data center harus
dirancang untuk meminimalisasi pemeliharaan karena situs edge data center yang tersebar di berbagai lokasi.
Guna menjawab berbagai tantangan masa depan di era edge computing tersebut, Schneider Electric pun memperkenalkan tiga solusi edge data center yang meliputi EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert, dan Monitoring and Dispatch Services.
“Mengingat tidak semua lokasi penempatan data center didukung dengan sistem TI
yang mumpuni, kami menghadirkan teknologi EcoStruxure Micro Data Center dalam
bentuk self-contained dan single rack. EcoStruxure Micro Data Center memungkinkan edge server, peralatan jaringan, dan uninterruptible power supply (UPS) dapat
dipasang dengan aman di dinding ruangan,” jelas Yana.
Dengan begitu, alat-alat tersebut tidak menghabiskan banyak tempat
dan memiliki tingkat kenyamanan beroperasi sebesar 60 persen dibandingkan wallmount pada umumnya.
Shock packing yang
dimiliki EcoStruxure Micro Data Center juga memungkinkan perusahaan melakukan pre-install dengan cepat dan
terstandardisasi.
Selanjutnya, EcoStruxure IT Expert. Platform manajemen
solusi edge berbasis cloud ini memungkinkan perusahaan dapat
mengelola edge data center dari jarak
jauh dan memberikan kemampuan prediktif melalui analisis data secara real-time.
Baca juga: Rumah Sakit Harus Mulai Terapkan Teknologi Cyber Security
Terakhir, layanan Monitoring and Dispatch Services. Dengan
terkoneksi melalui cloud service hub,
perusahaan akan mendapatkan informasi dan rekomendasi terbaru terhadap kinerja uptime perangkat infrastruktur TI yang
dipantau selama 24/7 dengan dukungan troubleshooting
oleh para tenaga ahli dari Schneider Electric.
Dengan pendekatan proaktif melalui Monitoring and Dispatch
Services tersebut, perusahaan pun dapat menghemat biaya pengelolaan dan
pemeliharaan hingga 40 persen.
Komentar
Posting Komentar