Langsung ke konten utama

Hindari Kebakaran Akibat Korsleting Listrik, Perhatikan 5 Masalah Ini

pentingnya memperhatikan instalasi listrik untuk menghindari korsleting

Listrik menjadi salah satu kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia saat ini. Selain fungsinya yang penting, kita juga harus tahu risiko atau bahaya listrik yang bisa mengancam kapan saja.

Melansir laman resmi Schneider Electric, negara maju seperti Prancis sekalipun kerap mengalami gangguan kebakaran akibat lonjakan daya listrik setiap 8 menit sekali. Lonjakan ini pun kerap menimbulkan masalah lain, seperti kebakaran besar.

Nah, untuk menghindari kebakaran akibat masalah listrik, ketahui 5 gangguan yang sering ditemui berikut.

Baca juga: Perusahaan Harus Siap dengan Kehadiran Jaringan 5G!

1. Sirkuit pendek

Ketika kontak secara tidak sengaja terjadi antara dua konduktor, arus akan mengambil rute terpendek dari satu ke yang lain tanpa melalui sisa rangkaian. Jenis gangguan ini menyebabkan peningkatan arus dan kenaikan suhu konduktor selanjutnya. Hal ini pada akhirnya dapat merusak pasokan sirkuit dan menyebabkan kebakaran.

2. Instalasi yang buruk

Instalasi listrik dapat memburuk seiring waktu dan menyebabkan konduktor yang berenergi menjadi terbuka atau peralatan listrik tidak berfungsi. 

Namun, bahaya juga bisa muncul karena fasilitas sistem kelistrikan di rumah tidak dipasang, ditingkatkan, atau dirawat dengan benar. Inilah sebabnya mengapa penting untuk memeriksa instalasi listrik secara menyeluruh jika moms melihat sesuatu yang mengkhawatirkan.

3. Kebocoran arus

Ketika isolator listrik rusak atau terdapat kelembapan dan korosi secara berlebihan, arus listrik dapat bocor ke tanah atau elemen konduktif di sekitarnya. Kondisi ini sering ditemukan di fasilitas atau bangunan tua. 

Selain kehilangan energi, kebocoran arus dapat menyebabkan kebakaran listrik. Namun, ini juga bisa menjadi risiko serius bagi keselamatan manusia. Misalnya, terdapat kabel listrik telanjang di bawah karpet basah. Seseorang yang berjalan di atas karpet tersebut dapat tersengat listrik secara fatal.

Baca juga: Strategi Schneider Electric Bantu Sektor Manufaktur Hadapi Masa Krisis

4. Petir

Sambaran petir biasanya membawa arus listrik sebesar 30.000 ampere (30 kA). Jika pelepasan seperti itu mengalir di sepanjang saluran listrik ke perangkat elektronik, ini dapat menyebabkan bahaya kebakaran besar. Lonjakan arus yang diinduksi petir melalui jaringan listrik fasilitas juga dapat menyebabkan kerusakan peralatan elektronik dan memicu kebakaran di dalam perangkat listrik.

5. Kelebihan listrik

Kenaikan arus yang melebihi kapasitas kabel akan menyebabkan panas berlebih yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran. Keadaan ini sering kali disebabkan oleh terlalu banyak beban yang terhubung ke rangkaian yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da