Langsung ke konten utama

3 Faktor Utama Data Center dan Colocation Prioritaskan Sustainability

Ilustrasi data center yang berkelanjutan

Hi moms!

Kebutuhan perusahaan akan layanan digital semakin meningkat. Untuk mewujudkannya, perusahaan membutuhkan data center yang lebih andal. Namun, selain memberikan banyak manfaat, data center ternyata mengonsumsi banyak energi. Bahkan, penggunaan energi data center mencapai 1-2 persen dari keseluruhan energi yang digunakan di dunia.

Selama bertahun-tahun, industri data center telah berfokus pada efisiensi energi dengan istilah “menggunakan lebih sedikit”. Namun, saat ini, banyak diskusi telah bergeser ke arah terbaru menuju sustainability.

Baca juga: Schneider Electric Buktikan Teknologi Digital Mampu Efisien 19 Persen

White paper terbaru dari Schneider Electric pun membahas tiga alasan utama mengapa operator data center dan penyedia colocation harus memprioritaskan sustainability. Sebagai informasi, colocation merupakan penempatan mesin komputer atau server di lokasi pihak ketiga dan terkoneksi dengan jaringan distribusi atau bandwidth yang tersedia.

1. Target net-zero emission

Alasan pertama yang perlu digarisbawahi oleh operator data center dan penyedia colocation untuk memprioritaskan sustainability adalah kebutuhan pelanggan.

Saat ini, banyak perusahaan, termasuk perusahaan internet besar mencanangkan target net-zero emission dan harus memberikan laporan emisi gas rumah kaca Tier 3, termasuk emisi dari supplier mereka, seperti penyedia layanan colocation yang sudah mereka tunjuk.

Baca juga: Schneider Electric Dukung Industri e-Commerce Lebih Sustainable dengan Edge Data Center

Program ekonomi sirkular, seperti daur ulang untuk suku cadang dan baterai juga menjadi nilai tambah untuk memastikan pengurangan limbah dan penggunaan kembali bahan material.

Adapun salah satu layanan colocation yang dihadirkan Schneider Electric melalui Energy and Sustainability Service telah bekerja dengan pelanggan, termasuk beberapa operator data center terbesar di dunia, untuk mengurangi emisi dengan menghemat 134 juta metrik ton karbondioksida

2. Peraturan pemerintah

Alasan utama kedua penyedia colocation harus memprioritaskan sustainability adalah peraturan pemerintah.

Selama bertahun-tahun, instansi pemerintah telah mengawasi industri data center atas penggunaan bahan kimia sebagai pendingin dalam peralatan heating, ventilation, dan air-conditioning (HVAC), gas sulfur heksafluorida (SF6), dan pengelolaan pengembangan sumber daya. Penting bagi operator data center untuk memahami dampak lingkungan dari elemen-elemen ini dan memasukkan tindakan yang tepat dalam rencana sustainability-nya.

Baca juga: Schneider Electric Gandeng SMK Promosikan Lingkungan Sekolah Hijau dengan Program Adopt a Tree

Selain itu, memiliki rencana aksi sustainability yang jelas dan terukur adalah keunggulan kompetitif yang dapat menjadi bagian dari strategi pemasaran serta positioning perusahaan.

3. Investasi ESG

Alasan ketiga mengapa penyedia colocation harus memprioritaskan keberlanjutan adalah investasi environmental, social, dan corporate governance (ESG).

Saat ini, lebih banyak dana investasi tersedia untuk perusahaan yang mengurangi dampak lingkungan dan membuat komitmen ESG secara jelas, lugas, dan sederhana.

Baca juga: Perusahaan Terkendala Wujudkan Transformasi Digital? Ini 3 Tipsnya

Sebagian besar perusahaan publik juga menerbitkan laporan sustainability dan mengadopsi komitmen mereka dalam struktur tata kelola perusahaan. Pendanaan pun tersedia melalui obligasi dan beberapa lembaga pemerintah akan menawarkan pembiayaan dalam bentuk pinjaman, hibah, atau sumber lain untuk proyek yang mengurangi jejak karbon dan meningkatkan efisiensi energi.

Dapat digarisbawahi bahwa sustainability memiliki makna lebih besar dari sekadar istilah “menggunakan lebih sedikit” atau “berbuat baik”. Pasalnya, sangat penting untuk mengatasi tantangan terbesar abad ini, yaitu darurat perubahan iklim. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da