Langsung ke konten utama

Biaya Listrik Jebol Moms? Coba Cek 5 Cara Ini biar Lebih Hemat Listrik

Tips biaya listrik rumah murah

Hi moms!

Selama pandemi Covid-19 mulai 2020, konsumsi energi rumah tangga meningkat cukup signifikan, lho. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sektor rumah tangga menempati urutan ketiga konsumsi energi terbesar setelah transportasi dan industri.

Konsumsi energi sektor komersial tercatat naik dari 4,68 persen pada 2019 menjadi 4,79 persen pada 2020. Sementara, penggunaan energi sektor rumah tangga mengalami peningkatan dari 13,76 persen pada 2019 menjadi 16,80 persen pada 2020.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Apresiasi Schneider Electric dalam Perkuat Kompetensi SDM Vokasi Indonesia

Sebagian besar kegiatan yang berpindah dari kantor dan sekolah ke rumah menjadi pemicunya. Dengan meningkatnya konsumsi energi pada sektor ini, tak pelak biaya listrik bulanan bisa ikut membengkak.

Untuk mengatasinya, moms perlu mengurangi penggunaan alat elektronik yang tidak terlalu penting. Berikut tips yang bisa dijalankan.

1. Jangan buka kulkas terlalu lama

Tahukah moms bahwa membuka kulkas terlalu lama dapat memakan energi lebih banyak? Pasalnya, saat kulkas dibuka, energi panas dari luar masuk ke dalam kulkas. Secara otomatis, pendingin pada kulkas pun harus bekerja lebih ekstra untuk menyeimbangkan suhu di dalam.

Selain itu, hindari pula meletakkan makanan panas ke dalam kulkas. Sebaiknya, tunggu makanan tersebut hingga hangat atau dingin baru letakkan di dalam kulkas untuk menghemat energi.

2. Mencabut stop kontak

Melansir How Stuff Works, alat elektronik yang mati tetapi masih tersambung di stop kontak menyumbang 10 persen dari penggunaan energi rumah tangga. Dengan kata lain, mencabut stop kontak saat tidak digunakan dapat menghemat listrik hingga 10 persen di rumah.

3. Matikan lampu pada siang hari

Pada siang hari, sebaiknya moms mematikan sebagian besar lampu di rumah yang tidak terpakai. Moms bisa membuka jendela lebar-lebar agar cahaya matahari bisa memenuhi ruangan rumah. Hal ini mungkin terlihat sepele, tetapi ampuh untuk menghemat energi.

4. Setel pengatur waktu pada AC

Penggunaan pendingin udara atau air conditioner (AC) di negara tropis, seperti Indonesia memang tak terelakkan.

Udara panas pada siang hari bahkan bisa membuat dehidrasi dan membahayakan tubuh. Namun, moms bisa menghemat penggunaan AC pada malam hari. Tipsnya adalah menyetel pengatur waktu atau timer agar tidak menyala sepanjang malam.

5. Menggunakan perangkat smart home

Salah satu cara ampuh yang bisa moms coba agar menghemat pemakaian energi di rumah adalah penggunaan perangkat smart home. Kini, sudah banyak produsen perangkat smart home yang mengeluarkan berbagai alat elektronik canggih nan hemat listrik di Indonesia.

Sebut saja Schneider Electric dengan teknologi Wiser dan Home Automation.

Dengan penggunaan perangkat smart home dari Schneider Electric, moms tidak perlu repot setiap hari harus mematikan semua alat elektronik di rumah.

Sebab, semuanya sudah otomatis bekerja sesuai sistem yang telah diatur. Misal, AC akan otomatis mati pada jam tertentu, lampu rumah akan mati saat siang hari atau tidak ada orang di rumah, dan bisa mengoperasikan semua alat elektronik dari jarak jauh.

Baca juga: Rekomendasi Lampu Darurat Bertenaga Surya: Mobiya TS 170S dari Schneider Electric

Hal terpenting yang perlu moms ketahui adalah sebagian besar perangkat smart home dibanderol dengan harga lebih mahal. Namun, dari segi investasi jangka panjang, perangkat smart home mampu memberikan efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan energi di rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da