Langsung ke konten utama

Sistem Keamanan Siber pada Jaringan Edge Computing Adalah Keharusan!

penerapan keamanan siber dalam sistem jaringan edge computing di lingkungan perusahaan

Schneider Electric, sebuah perusahaan global terkemuka yang fokus dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan automasi, menyadari pentingnya strategi keamanan siber terhadap akselerasi penerapan edge computing di lingkungan perusahaan.

Adapun mitigasi strategi keamanan siber perlu memperhatikan empat faktor penting, yakni kriteria pemilihan perangkat, desain jaringan yang aman, pengaturan atau konfigurasi perangkat, dan pengoperasian serta pemeliharaan.

Business Vice President Secure Power Schneider ElectricIndonesia and Timor Leste Yana Achmad Haikal menjelaskan, penerapan teknologi edge computing saat ini tidak lagi hanya sekedar sebuah tren, tetapi merupakan sebuah kebutuhan.

Baca juga: Kolaborasi Schneider Electric dan AVEVA Dukung Industri Pertambangan Raih Target Keberlanjutan

Perusahaan riset pasar global terkemuka Forrester menyebutkan, 2021 merupakan tahun edge computing. Pada tahun ini akan terjadi peralihan dari sebuah eksperimen menjadi suatu penerapan massal. Hanya saja, masih banyak kekhawatiran dari pelaku bisnis dalam penerapan edge computing, terutama terkait keamanan.

Hal itu mengingat konsep edge menawarkan desentralisasi jaringan perangkat teknologi informasi (TI) di lokasi paling akhir yang tidak dikondisikan secara ideal layaknya data center terpusat.

Data center diletakkan pada kondisi lingkungan dan sistem keamanan terbaik untuk perangkat TI. Hal inilah yang sering menjadi alasan lambatnya pengadopsian edge computing di sebuah organisasi,” ujarYana.

Oleh karena itu, membangun mitigasi sistem keamanan di jaringan edge computing merupakan langkah krusial. Untuk membangun sistem keamanan edge computing yang andal, perusahaan juga wajib memerhatikan empat faktor berikut.

1. Keamanan desain jaringan

Membangun sistem keamaan terbaik tidak dapat dilakukan dengan pendekatan “one-size-fits all”. Lebih baik, menggunakan pendekatan defense-in-depth network (DDN) yang direkomendasikan oleh pakar keamanan siber di dunia.

Pendekatan DDN dapat membantu mendiversifikasi risiko dan membangun zona keamanan dengan elemen pertahanan yang berbeda di setiap zona. Dengan pendekatan ini, sistem keamanan dapat mencegah berbagai macam ancaman sambil memasukkan redundansi jika satu mekanisme gagal.

Baca juga: Moms, Ini Pentingnya Digitalisasi untuk Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

Lapisan pertama yang bisa dilakukan adalah membangun segmentasi jaringan dengan memecah jaringan komputer menjadi beberapa segmen, memungkinkan kontrol lalu lintas data yang lebih baik, dan membatasi seberapa jauh serangan dapat menyebar.

Segmentasi jaringan ini dapat lebih diperkuat dengan menggunakan dioda data dan gateway satu arah. Hal ini dapat memungkinkan lalu lintas mengalir hanya dalam satu arah dan mencegah kebocoran data sensitif dari perangkat tepi (edge).

Langkah selanjutnya adalah sistem deteksi intrusi yang dapat mengidentifikasi dan memperingatkan pengguna tentang lalu lintas yang berpotensi memiliki bahaya untuk merusak, mengganggu layanan, atau memengaruhi ketersediaan sistem yang berjalan di edge.

2. Memilih perangkat yang tepat

Kekhawatiran paling umum terhadap perangkat berbasis internet of things (IoT) adalah adanya celah yang berpotensi dijadikan titik serangan siber ke jaringan edge.

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dua standardisasi saat memilih perangkat. Pertama, apakah perangkat IoT yang memiliki security development lifecycle (SDL) dapat diimplementasikan dengan baik.

Sebagai informasi, SDL merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Microsoft. Sistem ini mempertimbangkan masalah keamanan dan privasi di seluruh proses pengembangan perangkat lunak.

Baca juga: Melirik Transformasi Digital Perusahaan Pertambangan Menuju Industri yang Berkelanjutan

Kedua, penerapan standar IEC 62443 yang sudah diterima secara internasional. Jadi, implementasi edge computing wajib menggunakan standar IEC 62443 untuk pengembangan produk yang aman digunakan dalam automasi industri dan sistem kontrol serta aplikasi edge IT.

3. Cara kerja perangkat IoT

Sebaiknya, pahami cara kerja perangkat IoT dalam kegiatan operasional sebelum mencolokkan perangkat atau sistem baru ke aplikasi edge.

Beberapa langkah yang direkomendasikan adalah melakukan penilaian tingkat kerentanan perangkat atau sistem bila ditempatkan di lokasi edge.

Pahami pula panduan konfigurasi perangkat, cara menonaktifkan protokol yang tidak aman atau tidak perlu untuk mengurangi ancaman serangan, dan melakukan pembaruan sistem.

4. Pemeliharaan aplikasi edge

Memasang perangkat atau sistem baru hanyalah awal dari strategi keamanan. Dalam pemeliharaan aplikasi edge, ada tiga praktik terbaik untuk diterapkan, yaitu manajemen patch, manajemen kerentanan, dan pengujian penetrasi.

Ada banyak bagian yang bergerak dalam aplikasi edge. Jadi, sebelum melakukan penerapan patch, penting untuk berkoordinasi dengan operator sehingga mereka memiliki pemahaman yang tepat tentang apa yang perlu diperbaiki atau dilakukan pembaruan, serta langkah mitigasi dan waktu yang dibutuhkan untuk penerapan patch.

Baca juga: Schneider Electric Gelontorkan Investasi pada Xurya, Salah Satu Startup Energi Terbarukan di Indonesia

Terakhir, ada baiknya secara rutin melakukan pengujian sistem sebelum terjadi ancaman eksternal. Hal ini dapat dilakukan dengan pengujian penetrasi yang mensimulasikan serangan pada perangkat, sistem, atau lingkungan jaringan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da