Langsung ke konten utama

Kolaborasi dengan Kemenperin, Schneider Electric Bantu Kembangkan Vokasi di Indonesia

Kemenperin dan Schneider Electric berkolaborasi wujudkan Making Indonesia 4.0

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berlolaborasi dengan Schneider Electric dalam rangka akselerasi “Making Indonesia 4.0” yang fokus pada program vokasi dan pengembangan kompetensi pelaku industri untuk menyambut era industri 4.0.

Kerja sama tersebut dilakukan sehubungan dengan pameran Hannover Messe 2021 di mana Indonesia menjadi negara mitra resmi. Pada acara bergengsi itu, Schneider Electric Manufacturing Batam ditunjuk mewakili Indonesia sebagai WEF Global Lighthouse Network dalam implementasi pabrik pintar di sektor manufaktur.

Baca juga: Dukung Transformasi Ekonomi, Sektor Industri Perlu Pengelolaan Aset Digital

Adapun kerja sama strategis tersebut mencakup dua hal, yaitu pengembangan Pusat Inovasi Digital Industri 4.0 (PIDI 4.0) dan pengembangan program vokasi.

Sebagai informasi, selama lima tahun masa Nota Kesepahaman, Schneider Electric akan menjadi mitra kerja Kemenperin dalam menyusun kurikulum dasar serta melakukan bimbingan dan pelatihan kepada 500 pengajar dan 2.500 mahasiswa dari 50 universitas dan politeknik di seluruh Indonesia.

Tidak hanya itu, Schneider Electric juga akan memberikan pelatihan kepada 250 profesional di Kemenperin. Kerja sama ini merupakan bagian dari langkah strategis Kemenperin dalam pembangunan sumber daya manusia untuk percepatan Making Indonesia 4.0.

Baca juga: Pastikan Kelangsungan Bisnis Efektif di Era Digitalisasi dengan Mengatasi 3 Tantangan Ini

Lebih lanjut, selama pameran Hannover Messe 2021 yang berlangsung pada  12-16 April 2021, Schneider Electric akan memperkenalkan teknologi mutakhir dan memperlihatkan secara langsung dampak nyata transformasi digital dari pabrik pintar.

Kehadiran pabrik pintar dapat membantu manajemen membuat keputusan yang didasarkan pada informasi dan data. Hal ini memungkinkan perusahaan meningkatkan profitabilitas, kinerja manajemen aset, serta efisiensi operasional dan produktivitas.

Pabrik pintar Schneider Electric di Batam mengimplementasikan EcoStruxure Machine, salah satu solusi EcoStruxure yang berbasis Internet of Things (IoT). Teknologi ini memungkinkan pelacakan secara real-time atas kinerja operasional dan visibilitas yang lebih baik terhadap kinerja peralatan berat dan kebutuhan perawatan (maintenance) preventif.

Baca juga: Serba-serbi Teknologi Smart Water untuk Hadapi Defisit Air pada 2030

Dengan aplikasi Manufacturing Control Tower dashboards, manajer pabrik dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada kegiatan operasional. Dengan solusi tersebut, pabrik Batam pun dapat mengurangi waktu perawatan sebesar 17 persen dan mengurangi resiko produk gagal sebesar 46 persen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da