Langsung ke konten utama

Era Digital, Data Center Harus Efisien dan Sustainable

 

data center dan cloud harus efektif dan sustainable

Hai moms, pada era digital kayak sekarang, pengelolaan data yang optimal, efektif, dan efisien sangat diperlukan. Oleh karena itu, peran data center atau pusat data menjadi begitu penting.

Perlu diketahui, data center adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan komponen-komponen terkaitnya, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan data. Tanpa adanya data center, data-data perusahaan atau individu banyak orang tak akan tersimpan dan hilang begitu saja.

Kini, data center tak hanya harus aman dan mudah dijangkau, lebih dari itu, data center harus pula memenuhi persyaratan ramah lingkungan dan hemat energi.

Hal itu sejalan dengan riset yang dilakukan oleh SchneiderElectric dan 451 Research (bagian dari S&P Global Market Intelligence) dengan studi terbarunya bertajuk “Multi-tenant Data Centers and Sustainability: Ambitions and Reality”.

Studi tersebut mengukur dampak efisiensi dan keberlanjutan terhadap bisnis penyedia layanan cloud dan menemukan lima fokus utama untuk meningkatkan keberlanjutan pada layanan tersebut. Berikut hasilnya:

·         Mengoptimalkan distribusi daya listrik di data center

·         Meningkatkan infrastruktur distribusi daya listrik di data center

·         Mengoptimalkan efisiensi sistem pendingin data center, dan

·         Meningkatkan infrastruktur sistem pendingin data center

·         Efektivitas pemeliharaan dan modernisasi produk untuk memperluas dan mengoptimalkan siklus hidup fasilitas data center

“Efisiensi dan keberlanjutan data center sudah menjadi topik utama di sektor data center dan penyedia layanan multi-tenant data center (MTDC) di seluruh dunia,” ujar analis riset senior di 451 Research, Daniel Bizo.

Pada studi tersebut, mayoritas responden sebanyak 57 persen percaya bahwa efisiensi dan keberlanjutan akan menjadi faktor pembeda dalam meningkatkan daya saing dalam tiga tahun mendatang.

Meski demikian, hanya sekitar 43 persen responden yang mengatakan bahwa mereka memiliki inisiatif strategi keberlanjutan dan peningkatan efisiensi untuk infrastruktur mereka.

Adapun yang bisa menjadi penggerak utama dalam program efisiensi dan keberlanjutan penyedia jasa data center adalah ekspektasi pelanggan (50 persen), ketahanan operasional jangka panjang (40 persen), serta peraturan pemerintah (36 persen).

Baca juga: 6 Tips Menata Ruang Server Bagi Perusahaan

Terkait keberlanjutan, studi tersebut juga menemukan beberapa hal yang harus menjadi fokus operator data center terkait penyediaan layanan yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Sebagai informasi, studi tersebut mencakup insight terhadap lebih dari 800 penyedia layanan data center di seluruh dunia. Responden pun berasal dari berbagai negara, di antaranya Amerika Serikat, China, India, Australia, Perancis, Inggris, Meksiko, Brasil, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Swedia, dan Denmark.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da