Langsung ke konten utama

Solusi Data Center Hibrida dan Edge dari Schneider Electric

Data center hibrid dan edge bisa menjadi solusi untuk penggunaan perangkat lunak yang hemat energi dan ramah lingkungan

Hi moms!

Schneider Electric meluncurkan solusi data center hibrida dan edge. Solusi data center hibrida dan edge ini bisa diperutukkan untuk hub regional atau lokal.   

Adapun data center hibrida adalah kombinasi dari layanan lokal, cloud pribadi, dan cloud publik yang dapat dikendalikan dari jarak jauh berbasis komputasi awan (edge computing).

Edge computing tersebut mengacu pada praktik pemrosesan data di dekat sumber data. Jadi, data tidak perlu dikirim terlebih dahulu ke lokasi pusat untuk diproses karena ini bisa memakan waktu dan lebih rawan terhadap serangan siber.

Baca juga: 7 Langkah Mudah Membuat Rumah Lebih Sustainable

Baik data center hibrida maupun edge computing dapat memperoleh manfaat dari penggunaan perangkat lunak data center infrastructure management (DCIM).

Business Vice President, Secure Power Division, Energy Management Business Schneider Electric Yana Haikal mengatakan, dengan kedua pilihan tersebut, kebutuhan data center diharapkan dapat terpenuhi secara paralel mulai dari skala kecil hingga besar.

“Harapannya agar layanan data yang penting untuk entitas bisnis, komersial, dan individu dapat dikelola dengan aman dan efisien,” katanya.

Solusi tersebut diharapkan juga dapat mendukung penggunaan energi bersih bagi semua entitas demi terwujudnya keberlanjutan atau sustainability usaha.

Baca juga: Baterai Li-ion vs. Aki Kering, Lebih Baik Mana?

“Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah akses ke data dan aplikasi lainnya pada lingkungan komputasi awan atau cloud,” jelas Yana.

Apalagi, pasar data center Indonesia diprediksi terus mengalami peningkatan permintaan volume dan kualitas layanan dari pelanggan. Hal ini seiring dengan tumbuhnya gaya hidup digital, bangunan, dan industri cerdas dengan kendali jarak jauh berbasis internet. 

Lembaga Data Center Indonesia berharap, volume data center dalam negeri bisa tumbuh dari 2,06 miliar dollar AS (setara Rp 30.920 triliun) pada 2023 menjadi 3,98 miliar dollar AS (setara Rp 59.739 triliun) pada 2028.

Angka tersebut sejalan dengan compounded annual growth rate (CAGR) atau pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 14,09 persen selama periode 2023-2028.

Baca juga: Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Menjawab pesatnya pertumbuhan dan permintaan layanan data center pada pasar emerging Indonesia, 

Data center memang harus memiliki kemampuan untuk memenuhi melonjaknya permintaan kebutuhan gaya hidup digital, bangunan, dan industri cerdas yang dapat dikendalikan dari jarak jauh berbasis komputasi awan.

Sementara itu, Ketua Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa data center menjadi infrastruktur yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Terlebih dengan masifnya peningkatan jumlah industri, perusahaan, dan start-up  digital, serta migrasi data ke komputasi awan, ekspansi e-commerce, dan teknologi berbasis data lainnya. 

Baca juga: 5 Cara Kurangi Dampak Perubahan Iklim

“Hal terpenting adalah keberlanjutan usaha dapat dicapai melalui manajemen energi berbasis inovasi, standar tertinggi, dan kolaborasi yang erat dengan pemangku kepentingan terkait agar data center berfungsi dengan efisien dan maksimal,” harap Hendra.

Solusi DCIM komprehensif yang ditawarkan oleh Schneider Electric dikenal dengan istilah EcoStruxure IT.

Perangkat lunak tersebut mendefinisikan ulang manajemen infrastruktur teknologi informasi hibrida dan membawa perangkat lunak DCIM lebih efisien, adaptif, serta tangguh dalam mencapai keberlanjutan.

Baca juga: Panduan Dasar Dekarbonisasi untuk Perusahaan di Indonesia

Schneider Electric mengklaim bahwa EcoStruxure IT dapat menjawab tantangan DCIM 3.0 dengan modernisasi portofolio perangkat lunak untuk pemantauan dan pengelolaan infrastruktur teknologi informasi hibrida yang semakin kompleks.

Selain itu, EcoStruxure IT menawarkan solusi analisis cerdas dengan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti.

Dengan keamanan siber bawaan, penilaian, dan kemampuan prediktif, perangkat lunak tersebut dapat memantau dan mengantisipasi risiko sekaligus mengoptimalkan infrastruktur, kinerja, dan penghematan di seluruh siklus hidup perangkat teknologi informasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da