Langsung ke konten utama

5 Cara Kurangi Dampak Perubahan Iklim

Solusi mengatasi perubahan iklim dengan cara mudah

Hi moms!

Konservasi, restorasi, dan peningkatan praktik pengelolaan lahan guna meningkatkan penyimpanan karbon atau mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan basah merupakan beberapa contoh solusi mengatasi perubahan iklim secara natural atau alami.

Solusi tersebut bisa digunakan untuk memerangi perubahan iklim. Bisa pula dikombinasikan dengan pengembangan energi bersih dan inisiatif lain untuk mendekarbonisasi ekonomi global.

Baca juga: Schneider Electric Bantu Perkuat Komponen Lokal dan Standardisasi Nasional

Sebagai informasi, saat ini hampir 25 persen emisi gas rumah kaca dunia berasal dari sektor kehutanan, dan pertanian. Inilah pentingnya pengelolaan penggunaan lahan untuk memerangi perubahan iklim.

Selain itu, emisi karbon juga dihasilkan dari sektor industri lainnya, seperti rumah tangga, transportasi, dan pengelolaan makanan. Berikut adalah beberapa solusi yang bisa kamu lakukan untuk memerangi perubahan iklim.

1. Mengurangi sampah

Sampah adalah masalah utama bagi keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, mulailah mengurangi penggunaan plastik jika tidak begitu diperlukan. Dalam hal berbelanja, misalnya.

Sudah banyak pusat perbelanjaan yang tidak lagi memberikan plastik. Sebagai solusi, masyarakat bisa menggunakan kantung belanja berbahan dasar kain atau canvas yang lebih ramah lingkungan dan bisa digunakan beberapa kali.

2. Pilah-pilih konsumsi barang

Perilaku pembelian konsumen berdampak pada keberlanjutan dan perubahan iklim. Pembelian dari bisnis yang memproduksi produk yang tidak berkelanjutan dalam jumlah besar, misalnya, dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Tak hanya itu, aksi tersebut juga bisa melemahkan keberlanjutan sosial dan meningkatkan limbah. Sebisa mungkin, kurangi dampak terhadap lingkungan dan iklim dengan melakukan pembelian dari bisnis yang sumber bahannya berkelanjutan atau menggunakan bahan daur ulang.

3. Pilihan makanan

Peternakan dan pertanian menjadi beberapa sektor penyumbang terbesar perubahan iklim. Dengan memilih produk nabati atau bebas susu, konsumen dapat mengurangi dampak sektor makanan terhadap lingkungan. Sebab, peternakan sapi menghasilkan gas metana paling banyak, itu memiliki dampak terbesar pada iklim.

4. Gunakan transportasi umum

Kendaraan pribadi berpontensi lebih banyak mengeluarkan polusi udara. Sebab, masih banyak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Sebagai solusi untuk mengatasi hal ini, kamu bisa beralih ke transportasi publik untuk mengurangi volume kendaraan di jalan raya.

Selain itu, solusi lainnya adalah menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik atau mobil listrik. Saat ini sudah banyak jenis mobil listrik dengan model yang beragam dan harga yang kompetitif.

5. Mendaur ulang barang

TPA mengeluarkan karbon dioksida selain merusak bagian alam lingkungan. Memanfaatkan program daur ulang membantu mencegah pembuangan produk yang dapat digunakan kembali dan menurunkan permintaan bahan baku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da