Langsung ke konten utama

Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Butuh Nutrisi Lebih, Apa Aja Sih?


Stunting merupakan salah satu kelainan berbahaya yang bisa menghambat proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, penting hukumnya untuk calon ibu mencegah stunting si kecil.

Untuk diketahui, pencegahan stunting pada anak dapat dilakukan sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Ini artinya sejak si kecil masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Caranya, ibu hamil dan ibu menyusui harus meperhatikan asupan nutrisinya.

Ibu hamil dengan gizi buruk, misalnya, bisa menyebabkan anemia dan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan terancam mengalami stunting.

Sebenarnya, kebutuhan nutrisi ketika hamil dan menyusui prinsipnya sama, yaitu harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta beragam. 

Sedikit perbedaan, ibu hamil harus memenuhi sekitar 1.800-2.500 kalori setiap harinya, sementara ibu menyusui sekitar 2.500-2.700 kalori.

Untuk konsumsi protein, ibu hamil memerlukan 40-70 gram, sementara ibu menyusui sekitar 76 gram per hari. 

Bagaimana dengan asupan zat besi? Ibu hamil sejak trimester pertama membutuhkan sekitar 20-48 miligram (mg) zat besi per hari. Ini agak berbeda dengan ibu menyusui yang memerlukan 32-34 mg per hari.

Kebutuhan nutrisi ibu hamil

Tidak ada formula ajaib untuk diet kehamilan yang sehat. Selama kehamilan, ibu harus tetap menjalankan prinsip dasar makan yang sehat, seperti banyak makan buah, sayuran, protein tanpa lemak dan lemak sehat. 

Namun, ada beberapa nutrisi yang patut mendapat perhatian khusus selama kehamilan. Apa saja itu? Ini dia jawabannya.

1. Asam folat untuk mencegah cacat lahir

Folat adalah vitamin B yang membantu mencegah cacat tabung saraf, kelainan serius pada otak, dan sumsum tulang belakang.

Suplementasi asam folat telah terbukti mengurangi risiko kelahiran prematur. Asal tahu saja, ibu hamil membutuhkan setidaknya 400 mikrogram asam folat sehari sebelum kehamilan dan selama kehamilan. 

Sereal yang diperkaya dengan folat, sayuran berdaun hijau, buah jeruk, dan kacang polong adalah contoh sumber alami untuk folat. 

2. Kalsium untuk memperkuat tulang

Ibu dan janin membutuhkan kalsium untuk tulang dan gigi yang kuat. Kalsium juga membantu sistem peredaran darah dan agar otot serta saraf  ibu hamil berjalan normal.

Perlu dipahami, ibu hamil membutuhkan 1.000 miligram (mg) kalsium sehari, sementara remaja yang hamil membutuhkan 1.300 g per hari. Sumber kalsium bisa diperoleh dari produk susu, brokoli, dan kangkung.

3. Vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium

Fungsi vitamin D adalah membantu menyerap kalsium dan mineral penting lainnya di dalam tubuh. Ibu hamil membutuhkan 600 unit internasional (IU) sehari. Sumber vitamin D yang baik adalah ikan berlemak, seperti salmon, susu yang diperkaya vitamin D, dan tentu sinar matahari.

4. Protein untuk mendukung pertumbuhan janin

Protein mepengaruhi pertumbuhan jaringan janin, termasuk otaknya. Protein juga berperan dalam meningkatkan suplai darah untuk ibu hamil.

Asal tahu saja, kebutuhan protein ibu hamil sekitar 40-70 gram protein setiap hari yang bisa didapat dari daging, telur, susu, makanan laut, atau kacang-kacangan.

5. Zat besi untuk cegah anemia defisiensi besi

Tubuh menggunakan zat besi untuk membuat hemoglobin yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selama kehamilan, Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) membutuhkan dua kali lipat jumlah zat besi yang dibutuhkan wanita tidak hamil.

Kebutuhan zat besi ini untuk membuat lebih banyak darah guna memasok oksigen ke janin. Jika tidak memiliki cukup cadangan zat besi atau mendapatkan cukup zat besi selama kehamilan, Anda bisa mengalami anemia defisiensi besi.

Anemia defisiensi besi berat selama kehamilan meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, dan bayi terancam stunting.

Untuk itu, GenBest membutuhkan setidaknya 20-48 mg zat besi dalam sehari. Sumber zat besi yang baik adalah daging merah tanpa lemak, ikan, sereal yang diperkaya zat besi, kacang-kacangan dan sayuran.

Kebutuhan nutrisi ibu menyusui

Bagaimana dengan kebutuhan nutrisi ibu menyusui? Melansir laman Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, ibu menyusui dalam 6 bulan pertama membutuhkan energi lebih banyak sekitar 2.400 kilokalori (kkal) per hari.

Fungsinya adalah untuk memproduksi air susu ibu (ASI) dan untuk aktivitas ibu itu sendiri. Nah, berikut adalah kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui.

1. Karbohidrat

Saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu meningkat sebesar 65 gram per hari atau setara dengan satu setengah porsi nasi.

2. Protein

Untuk peningkatan produksi air susu. Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein, GenBest bisa mendapatkan zat gizi ini dari satu porsi daging (35 gram) dan satu porsi tempe (50 gram).

3. Lemak

Lemak dibutuhkan untuk sumber tenaga dan berperan dalam produksi ASI serta pembawa vitamin larut lemak dalam ASI. Kebutuhan ibu akan lemak ini pun sebanyak 4 porsi atau setara dengan 4 sendok teh minyak (20 gram).

4. Vitamin dan mineral

Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6, B2, B12, vitamin A, yodium, dan selenium. Jumlah kebutuhan vitamin serta mineral adalah 3 porsi sehari yang bisa didapat dari sayuran dan buah-buahan.

Untuk diketahui, ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Pencegahannya, GenBest disarankan mengonsumsi suplemen, khususnya vitamin A dan zat besi.

5. Sering minum air putih

Ibu menyusui perlu minum 2-3 liter air putih per hari atau 8 gelas air sehari. Lebih baik minumlah sebelum GenBest merasa haus dan minum lebih banyak, jika air seni berwarna kuning gelap. Sediakan gelas air putih di dekat GenBest saat menyusui bayi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da