Langsung ke konten utama

Data Center Wajib Manfaatkan Energi Terbarukan Demi Bumi yang Hijau

Solusi data center dari Schneider Electric

Banyak operator data center saat ini, dari hyperscalers hingga cloud, dan penyedia layanan colocation, secara terbuka kini menyatakan komitmennya terhadap Net Zero (industri rendah karbon) dengan mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan untuk bisnis digital.

Microsoft, misalnya, telah mulai beralih ke penggunaan energi angin terbarukan. Sebuah tren yang kemungkinan akan terus meningkat karena kesadaran dan permintaan energi terbarukan dari end user serta pemerintah melonjak.

Dengan menetapkan strategi yang komprehensif, keberlanjutan data center yang ideal sebenarnya tidak serumit kedengarannya. Strategi yang dimaksud di antaranya termasuk desain data center, lokasinya, utilitas listrik, serta strategi manajemen operasional dan energi.

Seperti diketahui, pada masa mendatang, ketergantungan industri dan bisnis pada infrastruktur digital akan meningkat secara dramatis. 

Faktanya, pada 2035, Schneider Electric memperkirakan bahwa semua teknologi informasi akan mengonsumsi 8,5 persen listrik global. 

Berbeda jauh bila dibandingkan pada 2021 dengan konsumsi 5 persen. Dengan melonjaknya penggunaan listrik, data center memiliki peran vital.

Saat ini ada banyak perusahaan dan organisasi yang bekerja sama dengan Schneider Electric telah mencapai peningkatan signifikan dalam program keberlanjutan mereka dan menuai manfaat jangka panjang.

Pengadaan energi terbarukan Global Equinix, misalnya, telah meningkat dari 30 persen menjadi 82 persen dalam tiga tahun terakhir, sementara penyediaan 100 persen energi terbarukan di Amerika Utara telah memberi mereka penghematan biaya sebesar 23,2 juta dollar AS atau setara Rp 330 triliun.

Di Eropa, 75 persen listrik Iron Mountain telah diubah menjadi tenaga hijau. Sementara itu, sistem operasi mereka di Inggris Raya, Irlandia, dan Benelux (Belanda, Belgia, Luksemburg) telah menggunakan 100 persen energi terbarukan. Ini tidak hanya menghemat uang dan mengurangi jejak karbon, tetapi juga menghasilkan energi bersih yang cukup untuk memberi daya yang setara dengan 56.000.

Baca juga: Hindari Mati Listrik Tak Terduga, Ini 5 Manfaat Penggunaan Teknologi EcoStruxure Power

Fokus pada Net Zero dan keberlanjutan ini juga merupakan sesuatu menjadi fokus Schneider Electric. Perusahaan ini telah menyatakan cara untuk meningkatkan komitmen terhadap netralitas karbon.

Beberapa caranya dengan mempercepat sasaran netralitas karbon yang semula akan dicapai 2030 menjadi 2025, sistem operasional sepenuhnya Net Zero pada 2030, dan mencapai rantai pasokan (supply chain) Net Zero pada 2050.

Sebagai sebuah industri, perusahaan memang harus fokus untuk menjadi lebih berkelanjutan dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim untuk generasi mendatang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghindari Kebakaran Rumah dengan Teknologi Smart Home

Hi moms! Momen pergantian tahun 2022 ke 2023 terasa berbeda dibandingkan perayaan dua tahun terakhir yang terbatas akibat pandemi Covid-19. Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, potensi pergerakan masyarakat yang bepergian pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 mencapai lebih dari 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dua kal i lipat dibandingkan tahun lalu. Besarnya jumlah orang yang bepergian meninggalkan rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan tempat tinggal. Baca juga:  3 Hasil Penelitian Independen Schneider Electric Terkait Aksi Sustainability Industri Salah satu insiden yang kerap menjadi momok adalah kebakaran rumah. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terdapat sekitar 8.004 peristiwa kebakaran di Jakarta. Distribution  Business Vice President of Schneider Electri

98 Persen Perusahaan Indonesia Telah Menetapkan Target Sustainability

Hi moms! Schneider Electric , p emimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi,   merilis hasil temuan  Survei Sustainability Tahunan  yang diselenggarakan di 9 negara di Asia,  meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Hasil survei tersebut menemukan 98 persen responden Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka telah menetapkan target keberlanjutan ( sustainability ). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun). Baca juga:  Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target  sustainability , hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability  yang komprehensif. Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi d

Elektrifikasi Jadi Solusi Sektor Tambang Mengurangi Jejak Karbon

Hi moms! Industri pertambangan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan merupakan penggerak utama transisi energi global. Namun, sektor ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti solar, untuk menggerakkan peralatan dan operasinya. Industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi karbon global. Peralatan dan operasional bertenaga diesel menyumbang sebagian besar emisi ini. Data International Council on Mining and Metals (ICMM) menunjukkan, 30-80 persen emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh sebuah tambang (tergantung pada geografi lokasi tambang dan material yang ditambang). Baca juga:  Schneider Electric Launching Sustainability School di Indonesia Meskipun demikian, sektor pertambangan memiliki peran vital dalam membangun dunia yang lebih berkelanjutan. Sebab, teknologi energi ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan kendaraan listrik (EV) membutuhkan lebih banyak logam da